PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT

PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT - Hallo teman-teman pembaca setia Berita Ahok Terbaru 2017, Pada hari ini Kami akan share Artikel dengan judul PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT, semoga Artikel ini bermanfaat untuk Anda. selain itu semoga dapat menambah wawasan anda lebih mendalam lagi dalam hal yang dapat kami tulis, semoga mudah untuk Anda pahami. selamat membaca teman-teman.. tunggu Artikel selanjutnya yaa.. ^^

Judul : PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT
link : PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT

Baca juga


PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT










 SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI SPANYOL
Ekspansi pasukan Muslim ke Semenanjung Iberia, gerbang barat Eropa, seperti yang telah kita ketahui, merupakan serangan terakhir paling dramatis dari seluruh operasi militer penting yang dijalankan oleh orang-orang Arab. Serangan itu menandai puncak ekspansi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya penaklukan Turkistan yang menandai titik terjauh ekspansi ke kawasan Mesir-Asia.
Dari sisi kecepatan operasi dan kadar keberhasilannya, ekspedisi ke Spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah militer abad pertengahan. Pengintaian pertama dilakukan pada bulan Juli 710 ketika Tharif, orang kepercayaan Musa ibn Nushair, gubernur terkemuka di Afrika Utara pada periode Umayyah
, mendarat di semenanjung kecil membawa balatentara berkekuatan 100 pasukan kavaleri dan 400 pasukan infanteri yang terletak hamper di ujung paling selatan benua Eropa. Semenanjung ini, sekarang disebut Tarifa. Musa, yang telah menguasai kegubernuran kira-kira sejak 700, berhasil memukul mundur pasukan Bizaintum selamanya dari wilayah barat Kartago dan perlahan-lahan meluaskan penaklukannya sampai ke Atlantik, sehingga memberikan batu loncatan (point d appui) kepada Islam untuk menyerang Eropa. Terdorong oleh keberhasilan Tharif dan melihat adanya konflik penguasa di kerajaan Spanyol Gotik Barat, juga didorong oleh hasrat untuk memperoleh barang rampasan, bukan hasrat untuk menaklukkan, Musa mengutus seorang budak Barber yang sudah dibebaskan, Thariq ibn ziyad, pada tahun 711 ke Spanyol memimpin 7.000 pasukan, yang sebagian besar terdiri atas orang-orang Berber. Thariq mendarat dekat gunung batu besar yang kelak mengabadikan namanya, jabal (gunung) Thariq (Gibraltar).[1]
Dalam proses penaklukkan Spanyol, terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Thariq ibn Ziyad, Tharif ibn Malik, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada antara Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalm tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirimkan pasukan ke Spanyol sebnayak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq Ibn ziyad lebih dikenal penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Dengan dikuasainya Gribaltar maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan darri sanalah Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova,Granada dan Toledo yang menjadi ibu kota kerajaan Goth saat itu.[2]
Sesudah itu juga terdapat penyerangan-penyerangan seperti kehampir seluruh penjuru spanyol seperti Medina Sidon dan Carmona pada bulan Juni 712. Dan Seville kota terbesar dan pusat intelektual Spanyol pada 1 Juni 713. Pada 720, di bawah kekuasan Khalifah ‘Umar II, merebut Septimania, bekas tanah jajahan kerajaan Gotik Barat yang sudah musnah. Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah. Majocra, Corsia,Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.[3]
B.     PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL
Sejak pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir, sekitar tujuh setengah abad lamanya, Islam memainkan peranan yang besar, baik dalam bidang kemajuan intelektual (filsafat, sains, fiqh, musik dan kesenian, serta bahasa dan sastra) maupun kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada).[4]Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi enam periode berikut
1.      Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.[5]
Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2.       Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di Spanyol.. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.[6]Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan ( Martyrdom ).[7]Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri.Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu, sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Salah satunya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.[8]
3.      Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia karena dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Ia mendahului Al-Azhar Kairo dan Nizhamiyah Baghdad, juga menarik minat para siswa Kristen dan Muslim, baik di Spanyol maupun wilayah-wilayah lain di Eropa, Afrika, dan Asia.[9]
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.[10]
4.      Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Negara kecil yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini, umat Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, jika terjadi perang saudara, pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam , untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini,mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.[11]
5.      Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini,Spanyol Islam, meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, masih memiliki satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy.. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul-Mun'im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Pada tahun 1238 M,Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.[12]
6.      Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti pada zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup  puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian,berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkanSpanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini..[13]
C.    KEMAJUAN ISLAM DI EROPA

Menurut sejarah yang ada, Islam pertama kali masuk ke Barat melalui jalur (Andalusia) Spanyol, dan menyebar ke berbagai negara di sekitarnya. Dalam perkembangannya di dunia Barat, Islam mengalami masa kejayaan dalam berbagai macam bidang. Seperti dalam bidang pemikiran, ilmu pengetahuan, kedokteran, seni dan musik, serta bangunan dan arsitektur. Dalam hal ini kami akan membahasnya satu persatu dalam makalah ini.
1.      BIDANG PEMIKIRAN
Salah satu pemikir Islam yang lahir pada masa itu ialah Ibnu Rusyd atau orang Barat biasa menyebutnya Averous. Beliau menjadi seorang ulama pemikir yang sangat disegani pada waktu itu, hingga akhirnya beliaupun memiliki pengikut yang disebut-sebut sebagai Averroism (Averous- isme) atau penganut ajaran Averous.[14]Beliau adalah pengikut dan pencetus ajaran berpikir bebas di Eropa, yang nantinya menyebar ke seluruh dunia. Meskipun Ibnu Rusyd adalah seorang cendekia muslim, namun ia mengembangkan teori dan pemikiran dari Aristoteles. Bedanya, Ibnu Rusyd masih berpegang teguh kepada kalamullah, dan tidak melampaui batasan-batasan yang keluar dari akar-akar ke-Islam an.
Ibnu Rusyd juga menulis sebuah karya dari pemikiran beliau, diantaranya ialah Tahafuthut Tahafuth (kesesatan kitab kesesatan) yang menyangkal pemikiran dari Imam Al Ghazali yang menganggap bahwa filsafat itu adalah sebuah kesesatan.[15]

2.      BIDANG ILMU PENGETAHUAN
Dalam bidang ilmu pengetahuan pun, Islam sudah sangat maju di masa pendudukan Eropa. Terlebih, Islam-lah yang pertama kali mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan universitas-universitas Islam pertama di Eropa, setelah berhasil menyebarkan ajaran-ajaran Islam di daratan Eropa. Dalam bidang ini meliputi sains, keagamaan, serta geografi. Beberapa ilmuan yang terlahir dari pendidikan Islam di Eropa antara lain :
-          Abul Qasim Maslamah Al Marjiti, beliau adalah seorang astronom yang lahir di kota Madrid. Beliau mendapatkan gelar “sang bijak” atau “sang astronom” karena menyunting dan mengoreksi skema astronomi yang disusun oleh Al Khawarizmi.
-          Abu ‘Ubayd Abdullah Ibn ‘Abdul Aziz Al Bakri. Beliau adalah seorang ahli geografi yang lahir di kota Cordoba, Andalusia. Tidak banyak yang diketahui tentang ulama ini, namun karyanya tetap terkenang dan ditulis dengan judul Al Masalik wal Mamalik (Buku mengenai Jalan dan Kerajaan).
-          Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh Al Anshari Al Khazraji Al Andalusi, atau yang sering kali kita kenal dengan sebutan Al Qurtubi. Beliau adalah ulama tafsir al qur’an yang lahir di Cordoba dan memiliki karya dalam bidang tafsir Al Jami’u li Ahkamil Qur’an yang terdiri dari 20 jilid.
-          Abu Bakar Muhammad Ibnu ‘Ali Muhyiddin Ibnu ‘Arabi. Beliau adalah seorang sufi yang kontrofersial. Hampir semua pandangan tasawufnya dianggap melenceng dan tidak masuk akal. Pandangan tasawufnya yang paling terkenal adalah Wihdatul Wujud atau  kesatuan  estensi.[16]


3.      BIDANG KEDOKTERAN
Dalam bidang kedokteran dan kesehatan pun banyak ilmuan muslim dari Eropa yang dapat mengembangkan keilmuannya dan menerapkannya dalam realita kehidupan, antara lain :
-          Abu Ja’far Muhammad ibn Muhammad. Beliau adalah ilmuan dalam bidang farmasi yang mengumpulkan berbagai macam tumbuhan di Andalusia dan Afrika, kemudian memberinya nama dengan bahasa arab serta latin.
-          Abul Qasim Az Zahrawi, yang menulis kitab At-Tasrif, sebuah ensiklopedi kedokteran yang berisi sekitar 200 instrumen bedah. Kitab ini kemudian di terjemah ke dalam bahasa latin oleh Gerard untuk di ajarkan di sekolah-sekolah di Eropa.[17]
4.      BIDANG ARSITEKTUR
Pada masa islam di Eropa, bukan hanya dari segi keilmuannya saja yang membanggakan, namun kota-kotanya pun dihiasi dengan indah oleh arsitek-arsitek berbakat pada masa itu. Bukan hanya gaya poles arsitek ala Timur Tengah saja yang dibuat, namun perpaduan antara gaya arsitektur Timur Tengah dengan Eropa, yang menghasilkan karya bernilai etestika yang tinggi. Misalnya Istana Az-zahra di Cordoba, Catredal Lucera di Italia, dan masih banyak lagi.
5.      BIDANG MUSIK DAN KESENIAN
Selain kota-kotanya yang indah dihiasi dengan berbagai macam arsitektur dan ornamen yang indah, di Eropa, pada masa kejayaan Islam juga telah mengembangkan seni dan musik untuk memberikan ketentraman jiwa bagi para penikmatnya. Pada masa itu tokoh yang sangat masyhur dan mendapat apresiasi dari penguasa adalah Abul Hasan bin Nafi. Beliau adalah pencipta lagu-lagu dan mendapatkan gelar Zaryab, karena konon beliaulah peletak dasar musik spanyol modern.[18]
D.    KEMUNDURAN ISLAM DI EROPA

1.      Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari Kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan untuk mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional, dengan tidak ada perlawanan bersenjata. Sekalipun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dengan Kristen. Pada abad ke-11 M, umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.[19]
2.      Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Ditempat-tempat lain, para mukallaf diperlakukan sebagai orang Islam sederajat. Di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukallaf, ungakapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negara tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.[20]
3.      Kesulitan Ekonomi
Pada paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “ serius “, sehingga lalai membina perekonomian.[21] Akibatnya, timbul kesulitan ekonomi yang sangat memberatkan dan memengaruhi kondisi politik dan militer.
4.      Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, yang salah satunya disebabkan oleh permasalahan ini.[22]
5.      Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Spanyol Islam selalu berjuang sendiri, tanpa mendapat bantuan, kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.[23]



[1]Philip K. Hitti, History of the Arabs, diterjemahkan oleh Serambi, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006, hlm. 627-628
[2] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, cetakan pertama, hlm. 154
[3]Harun Nasution, Islam ditanjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1(Jakarta UI Press, 1985, Cetakan kelima, hlm, 62.
[4] Suwito,Sejarah Sosial Pendidikan Islam, hlm.11
[5] David Wessenstein,Politics and Society in Islami Spain: 1002-1086, Princeton University Press, New Jersey,1985,hlm. 15-16
[6] Ahmad Syalabi,Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah,Jilid 4,Maktabah al-Mishriyah,Kairo,1979,hlm. 41-50
[7] Jurji Zaidan,Tarikh al-Tamaddun al-Islami,juz III,Dar al-Hilal,Kairo,t.t.,hlm. 200
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 96
[9] Philip K. Hitti,History of The Arab,hlm. 26
[10] W.Montgomery Watt,Kejayaan Islam:Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis,Tiara Wacana,Yogyakarta,1990,hlm. 217-218
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm.98
[12] Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah,hlm. 76
[13] Harun Nasution,Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya,UI Press,Jakarta,1985,hlm. 82
[14]Churyha el Khadiri,2015, Tiga Kota Saksi SejarahKejayaan Peradaban Islam Yang Terlupakan.Penerbit Araska (Yogyakarta) hal. 57.
[15]Ibid, hal. 63.
[16]Ibid, hal. 64-70
[17] https://id.wikipedia.org/wiki/Sumbangsih_dunia_Islam_terhadap_Eropa_zaman_pertengahan. (diakses pada hari Minggu, 25 September 2016 pukul 20.25 WIB).
[18]Opcit, hal. 67.
[19] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,hlm.107
[20] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,hlm.107
[21] Lutfi Abd. Al-Badi, Al-Islam fi Isbaniya,hlm.25
[22] Ahmad Al-Usayri,Sejarah Islam,Akbar,Jakarta,2004,hlm. 345
[23] Ibid., hlm. 346


Demikianlah Artikel PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT

Sekianlah artikel PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT yang Kami sampaikan kali ini, semoga bermanfaat untuk teman-teman semuanya. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel selanjutnya.

Anda sekarang sedang membaca artikel PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT dengan alamat link http://beritaahokterbaru2017.blogspot.com/2016/10/perkembangan-islam-di-dunia-barat.html

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BARAT"

Posting Komentar